Bayan Masturoh Peranan Wanita dalam Islam
Peranan wanita dalam Islam
Tidak ada seorang pun dari kalian
kecuali dia akan dibangkitkan oleh Tuhannya setelah mati. Dan ia akan
ditanya serta dihisab tentang segala apa yang telah ia kerjakan di dunia
ini. Dan salah satu hal yang akan ditanyakan kepada seorang hamba
adalah bagaimana ia memelihara dan mendidik istri dan anaknya. Berkenaan
dengan ini, Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam bersabda:
“Seorang laki-laki itu adalah
pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya tentang orang-orang yang
dipimpinnya. Dan seorang perempuan itu adalah pemimpin di dalam rumah
suaminya dan akan ditanya tentang orang-orang yang dipimpinnya” (al
hadits).
Nabi Saw bersabda bahwa orang yang
paling pintar di sisi Allah Swt adalah orang yang senantiasa ada
kerisauan tentang keselamatan dirinya di akherat kelak. Sehingga dalam
kehidupannya sehari-hari dia akan senantiasa mempersiapkan dirinya
dengan bekal amal sebagai persiapan kehidupan di akherat nanti. Hari ini
jika kita lihat orang lahir tanpa iman, seumur hidupnya selalu
bermaksiat kepada Allah, lalu mati tanpa iman, ini adalah perkara biasa
yang sudah bisa kita tebak jalurnya. Begitu juga kalau kita lihat
seseorang semenjak lahir sudah beriman, melewati hidupnya seperti orang
sholeh, lalu mati dalam keadaan baik dengan membawa keimanan yang betul,
maka inipun juga perkara biasa karena sudah sesuai dengan jalurnya.
Namun yang harus jadi kerisauan kita, dari keadaan-keadaan tersebut ada
ditemukan :
orang yang seumur hidupnya ahli
maksiat tetapi di akhir hidupnya Allah pilih dia sebagai ahli iman. Awal
yang buruk, tetapi diberi akhir yang baik oleh Allah Swt.
Orang yang seumur hidupnya ahli
ibadah tetapi di akhir hidupnya Allah tentukan dia sebagai ahli maksiat.
Awal yang baik, tetapi diberi akhir yang buruk oleh Allah Swt.
Jika dilihat dari keadaan kita,
bagaimana kira-kira akhir kehidupan kita ? Seseorang yang mempunyai
keadaan dunia yang baik tetapi dia tidak ada kerisauan tentang agamanya
dan tentang akheratnya, maka dapat dipastikan orang ini sedang berjalan
menuju kepada kebinasaan. Namun seorang yang keadaan dunianya susah dan
miskin, tetapi dia ada kerisauan tentang agama dan akheratnya, lalu dia
buat usaha atas kerisauannya tersebut, maka dapat dipastikan orang ini
berada di atas jalan keselamatan dunia dan akherat.
Atas perkara inilah kita harus
selalu buat usaha atas keimanan kita dan amal-amal kita. Jangan kita
merasa tenang ataupun merasa aman dengan amal-amal kita. Jangan merasa
kita sudah Islam, sudah shalat, pasti kita akan mendapatkan akhir yang
baik, ini belum tentu. Kita dituntut oleh Allah swt agar selalu
mengawasi dan menjaga keimanan kita.
Allah Swt berfirman :
“Wahai orang-orang beriman, berimanlah kalian.”
Ayat ini apa maksudnya ? kok orang
sudah beriman, disuruh beriman lagi. Ini seperti orang yang sudah
duduk, disuruh duduk lagi, kayak tidak nyambung. Jadi maksudnya apa ayat
ini ? kenapa Allah Swt perintahkan demikian. Ulama tafsirkan ini adalah
agar kita senantiasa selalu membuat usaha atas keimanan secara terus
menerus, sebagaimana yang dilakukan sahabat RA. Sahabat dahulunya
merupakan orang-orang penyembah berhala, ahli maksiat, pemabuk, makanya
ketika diawal masa kenabian, Allah memanggil mereka dengan sebutan “Ya
ayyu hannas”, “Wahai manusia”. Namun setelah hirah demi perjuangan iman,
dengan keimanan mereka, Allah Swt panggil mereka dengan sebutan, “Ya
Ayyuhalladzi na amanu”, “wahai orang beriman”. Perubahan dari sebutan
“Ayyuhannas” ke “Ayyuhalladzi na Amanu” ini dikarenakan apa ? adanya
usaha atas keimanan. Sehingga iman ini datang kepada mereka dan terjaga
hingga akhir hayat mereka.
Usaha atas iman ini, Allah Swt
perintahkan untuk siapa ? apakah untuk laki-laki saja ? tidak, bukan
seperti itu. Usaha keimanan ini diajarkan oleh Nabi Saw kepada mereka,
para sahabat, baik laki-laki ataupun perempuan. Semuanya harus membuat
usaha atas keimanan. Inilah sebabnya Allah panggil sahabat dan sahabiyah
ini dengan panggilan, “Mukminina wal Mukminat” yaitu “Laki-laki yang
beriman dan wanita yang beriman”.
Kisah Nabi menanyakan Keimanan Sahabat RA
Nabi Saw bertanya kepada seorang sahabat RA, “Bagaimana keimanan kamu ?”.
Maka sahabat ini katakan :
“Ya Rasullullah, saya merasa pagi ini dalam keadaan Iman sangat sempurna.”
Maka untuk membuktikan perkataan sahabat ini, Nabi Sawpun bertanya :
“Setiap pengakuan itu harus ada buktinya, apa buktinya iman kamu sempurna ?”
Maka Sahabat ini katakan :
“Pagi ini, seakan-akan saya
mendengar goresan-goresan pena para malaikat yang mencatat setiap
amal-amalku. Bila kebaikan di catat dalam buku amalku oleh malaikat di
sebelah kananku. Bila keburukan di catat dalam buku amalku oleh malaikat
disebelah kiriku.”
Beginilah jika iman sudah masuk
maka Allah berikan kemampuan kepada mata, telinga, tangan, kaki, kita
melebihi keadaan tanpa iman. Bahkan ada sahabat yang mengatakan :
“Seolah-olah saya dapat melihat
surga di depan mata. Penghuni-penghuninya sedang berada dalam keadaan
bahagia, saling bersalam-salaman dan saling bersillaturahmi dalam nikmat
Allah Taala. Seolah-olah saya melihat penghuni-penghuni neraka sedang
berkelahi antara satu sama lain, mereka berada dalam tempat yang sempit
dalam keadaan azab neraka yang sangat pedih.”
Kisah Doa Seorang Sahabiyah yang anaknya meninggal di jalan Allah
Ada seorang wanita datang
berhijrah ke Madinah dengan seorang anaknya. Anaknya telah diletakkan di
suffah, dan ibunya berada di rumah seorang sahabiyah. Maka pada suatu
hari anaknya telah meninggal dunia. Para sahabat telah mengurus
jenazahnya, dan pergi kepada Rasulullah SAW untuk meminta beliau untuk
menshalati jenazah tersebut. Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kalian
memberitahu ibunya?” Kata para sahabat, “Tidak, ya Rasulullah.”
Rasulullah SAW menyuruh para sahabat untuk memberitahu ibunya. Lalu ibu
anak itu kemudian datang, dan duduk di samping jenazah anaknya seraya
berdoa, “Ya Allah, aku telah datang karena cintaku kepadaMu dan cintaku
kepada RasulMu. Aku telah meninggalkan berhala, karena aku tidak
memerlukan mereka. Maka janganlah Engkau permalukan aku terhadap
musuh-musuhku, karena nanti mereka menganggap kematian anakku adalah
karena kemarahan berhala-berhala akibat aku pindah kepada agamaMu.”
Belum sempat selesai doa sang Ibu, Allah SWT telah mengembalikan ruh
anaknya, sehingga hidup kembali. Dan dia terus hidup hingga wafatnya
Rasulullah SAW, wafatnya Umar RA, dan hingga wafat ibunya sendiri.
Apakah ini dongeng atau khayalan
saja ? tidak, ini adalah keadaan yang sebenarnya bagi mereka yang
memiliki Iman. Bukankah Allah Swt berfirman dalam Hadits Qudsi :
“Jika Aku sudah mencintai hambaku
maka Aku akan menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, Aku akan
menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku akan menjadi
mulutnya yang dengannya ia berbicara, Aku akan menjadi kakinya yang
dengannya ia melangkah, dan Aku akan menjadi tangannya yang dengannya ia
memukul. Jika ia berdoa kepadaku niscaya pasti akan Aku kabulkan”
Inilah yang terjadi dengan sahabat
yang senantiasa membuat usaha atas iman, sehingga iman masuk kedalam
telinga mereka yang dengannya ia mendengar, iman masuk kedalam matanya
yang dengannya ia melihat, iman masuk kedalam lisannya yang dengannya ia
berbicara.
Kisah Zinnirah R.ha
Seorang sahabiyah, Zinnirah (r.ha)
telah kehilangan pandangan matanya, dia telah buta setelah disiksa oleh
kaum musyrikin, kemudian dia berdoa pada Allah dan berdakwah pada kaum
musyrikin bahwa:
“Allah yang sama, dahulu telah
beri penglihatan pada mata saya. Allah yang sama mengambil penglihatan
saya, dan Allah yang sama pulalah yang akan mengembalikan penglihatan
mata saya.”
Lalu dia beritahu kepada Abu Jahal, bahwa :
“Bukan kamu, Tapi Allah Swt. Kamu tidak mampu berbuat apa-apa.”
Sehingga Abu Jahal terus
memukulinya sampai keletihan. Allah swt telah ridho dengan
pengorbanannya Zinnirah (r.ha) dalam mempertahankan keimanan. Maka asbab
ini, Allah Swt mengembalikan penglihatan Zinnirah R.ha. Bahkan Allah
buat penglihatannya lebih terang daripada sebelumnya.
Ini karena apa? ada iman dan usaha
atas keimanan. Inilah yang dilakukan para Sahabat RA dan Sahabiyah
R.ha. Allah Swt pilih sahabiyah R.ha mempunyai peranan penting dalam
perjuangan agama :
Jika bicara pengorbanan harta, maka Allah Swt pilih Khadijah R.ha yang pertama kali mengorbankan
Jika bicara pengorbanan nyawa, maka yang pertama kali Allah Swt pilih adalah Sumayyah R.ha
Jika bicara ilmu hadits, maka yang Allah pilih adalah Aisyah R.ha sebagai salah satu pengumpul hadits terbanyak
Dan banyak lagi peranan yang telah
dilakukan oleh para Sahabiyah R.ha dalam perjuangan agama. Pengorbanan
demi pengorbanan telah mereka buat demi menjaga keimanan dan
memperjuangkan agama. Banyak sahabiyah ini yang disiksa, dicambuk,
dipukul, ditombak, ditarik badannya sehingga terbelah dua oleh kuda yang
berlari ke arah yang berlawanan. Mereka juga mengorbankan anak-anak
mereka demi agama, ada yang keguguran, ada yang anaknya mati dalam
pangkuan mereka. Namun apakah penderitaan yang mereka alami dapat
menghentikan mereka dari usaha keimanan ? Tidak, mereka terus
mengusahakan keimanan. Para sahabiyah paham bahwa kunci kehidupan mereka
di akherat kelak, ada pada keimanan yang menghujam di hati mereka.
Tanpa keimanan, jangankan masuk surga, wangi surge pun tidak akan
tercium bagi yang rusak imannya.
Inilah kerisauan yang kita
inginkan, yaitu kerisauan tentang keadaan kita di akherat kelak. Jangan
kita berkata, “Bagaimana nanti aja.” Tidak ada kerisauan sama sekali
tentang akherat. Padahal yang harus kita pikirkan, “Nanti itu mau
bagaimana (keadaan kita).” Iman dan amal ini tidak akan datang dengan
berleha-leha, banyak tidur, main-main, tidak mungkin datang dengan cara
seperti itu. Nabi Saw dan para sahabat RA mencontohkan untuk
mendatangkan iman dan amal ini harus dengan pengorbanan yang
sungguh-sungguh.
Korban Perasaan Nabi SAW
Ketika paman Nabi Saw, Hamzah R.A,
meninggal dengan dada terbelah oleh tombaknya Wahsyi, Nabi Saw sangat
sedih. Hamzah RA adalah pamannya yang telah berjuang dan melindunginya
semenjak di Makkah. Ketika Nabi Saw mendapatkan siksaan dari kafir
Quraisy, tidak ada satu orang pun yang berani maju membela Nabi Saw.
Hamzah RA lah yang selalu tampil kedepan membela Nabi Saw. Namun di
medan Uhud, Nabi Saw harus menyaksikan jenazah pamannya yang hancur oleh
Wahsyi dan Hindun.
Nabi Saw katakan :
“Kalaulah sebelum ini satu nyawa dibalas dengan satu nyawa, hari ini untuk org seperti Hamzah (ra), 70 nyawa akan dibalas.”
Namun Allah Swt berfirman :
“Wahai nabiKu, sesungguhnya satu
nyawa ini hanya layak dibalas dgn satu nyawa, tetapi sekiranya kamu
inginkan kebaikan dari Tuhanmu maka memaafkan adalah lebih baik”
Ketika Fathu Makkah, Nabi Saw
katakan kepada penduduk Makkah termasuk kepada orang-orang yang pernah
menyakiti dan menyiksa Nabi Saw :
“Hari ini aku maafkan kalian, sebagaimana saudaraku Yusuf AS, memaafkan saudara-saudaranya.”
Ini kesabaran Nabi SAW dan para
Sahabat RA, di mana Nabi SAW dan para Sahabat RA mempunyai kesempatan
untuk membalas semua penderitaan mereka, tetapi mereka lebih memilih
memaafkan karena mereka hanya mengharapkan Ridho Allah saja. Bahkan
untuk Wahsyi yang membunuh pamannya, Hamzah RA, Nabi Saw sampai mengutus
beberapa kali rombongan dakwah, merayu Wahsyi agar mau menerima Islam.
Bagaimana jika kita melihat ayah kita dibunuh ? Pasti kita mau membalas
nyawa dengan nyawa, dan kita ingin melihat pembunuh ayah kita merasakan
kematian. Hamzah RA bagi Nabi Saw adalah seperti ayahnya, seorang yang
menyayangi Nabi Saw dengan nyawanya. Namun bagaimana sikap Nabi saw
kepada pembunuh pamannya? Nabi Saw memilih untuk sabar dan memaafkan
Wahsyi. Inilah pengorbanan Nabi Saw. Pengorbanan ini dirasakan bukan
oleh Nabi Saw saja, tetapi semua sahabat. Termasuk sahabiyah-sahabiyah
yang harus kehilangan suami, anak, dan orang tua mereka demi
memperjuangkan agama. Mereka menjadi janda dan yatim demi agama. Ketika
mampu membalas, mereka memilih sabar dan memaafkan.
Kisah Khalid bin Walid RA
Ketika Khalid bin Walid telah
menetapkan hatinya untuk masuk Islam, dan hendak hijrah ke Madinah.
Beliau RA berkata, “Karena aku, telah banyak orang beriman terbunuh,
wanita-wanita telah kehilangan suami mereka, anak-anak telah kehilangan
kasih sayang orang tua mereka.” Ada keraguan di hati Khalid bin Walid
apakah orang-orang Islam mau menerimanya di Madinah nanti. Namun ketika
hidayah sudah masuk, Hati pun sudah memiliki ketetapan. Sehingga Khalid
bin Walid berdiri di depan Ka’bah seraya mengumumkan :
“Sekarang sudah tiba saatnya kita beriman dengan agama yang dibawa oleh Muhammad Saw.”
Padahal ini adalah seorang musuh
Islam sebelumnya, yang jika dia tahu Nabi Saw hendak ke Makkah dia lebih
memilih keluar dari Makkah untuk tidak bertemu dengan Nabi Saw karena
kebenciannya. Namun pada hari itu hidayah sudah menghujam di hati,
sehingga Khalid bin Walid RA dengan berani mengumumkan keislamannya di
depan kaum kafir Quraisy. Lalu memberanikan diri berangkat menuju
Madinah ke tempat orang-orang yang telah kehilangan suami dan orang tua
mereka asbab dibunuh oleh Khalid bin Walid RA di medan perang.
Mengenai kedatangan Khalid bin Walid RA ini, Nabi Saw bersabda :
“Hari ini Makkah akan mengutus permatanya.”
Begitu pentingnya peranan Khalid
bin Walid demi memperjuangkan agama, sehingga dipuji oleh Nabi Saw.
Ketika itu penduduk Madinah yang sudah terbentuk keimanannya, tidak
mencaci, menghardik, mengusir, ataupun membalas dengan penyiksaan
kedatangan Khalid bin Walid RA ini. Mereka justru antusias menyambut
kedatangan Khalid bin Walid, seperti penyambutan seorang petinggi
negara. Padahal orang ini, Khalid bin Walid, telah menyebabkan mereka
menanggung penderitaan kehilangan suami dan ayah mereka.
Seolah-olah anak-anak ini mengatakan :
“Wahai Khalid, karena kamu, kami
telah kehilangan kasih sayang ayah kami, tetapi demi iman kamu supaya
kamu selamat dari neraka Allah Swt, maka kami menyambutmu dengan
gembira”
Seolah wanita-wanita ini memberitahu padanya,
“Wahai Khalid, kerana kamulah
rumahtangga kami telah hancur, kami telah dipisahkan dari kasih sayang
suami kami. Tetapi demi iman kamu supaya kamu selamat dari neraka Allah,
maka kedatangan lamu, kami terima dengan ikhlas, kami ridha dengan
keputusan Allah swt.”
Inilah pengorbanan yang telah
mereka buat. Para sahabat RA rela membuang perasaan benci dan dendam
kepada orang-orang yang telah memberi mereka penderitaan, demi agama.
Hari ini bisakah kita membuang perasaan benci kepada orang yang tidak
kita sukai demi agama, demi Allah dan RasulNya.
Kisah Sahabat RA menahan perasaan demi takaza agama
Suatu ketika telah dibentuk suatu
jemaah yang terdiri dari Hisham bin Al Asr (ra) bersama saudaranya Amr
bin Al Asr (ra). Lalu Amr bin Al Asr RA dijadikan amir bagi jemaah
tersebut. Mereka pergi ke suatu tempat di mana musuh telah membunuh
saudaranya, Hisham (ra.) Ketika itu para musuh meletakkan jasad tubuh
Hisham RA ini di tengah-tengah jalan, di antara dua gunung, untuk
menghalangi rombongan ini agar dapat lewat. Semua sahabat RA harus
melintasi jalan ini untuk menyempurnakan takaza (tugas) mereka, tidak
ada jalan lain. Amr bin Al Asr RA sebagai Amir rombongan sadar bahwa di
depan jalannya terbujur jenazah abangnya, Hisham bin Al Asr. Namun
takaza agama ini yang sudah dibebankan kepadanya harus segera dipenuhi.
Tidak terbayangkan perasaan yang harus dikorbankan Amr bin Al Asr demi
menjalankan perintah Nabi Saw. Dia sadar untuk melanjutkan perjalanan,
maka rombongan harus melintasi jenazah Hisham bin Al Asr RA yang
terbujur menghalangi jalan jemaah. Sahabat RA faham tentang kepentingan
dikirimnya mereka sebagai jemaah, dan bagaimana mereka harus segera
menyelesaikan tugas mereka. Sehingga dengan menahan perasaan sedih Amr
bin Al Asr RA dan para Sahabat RA melintasi dan menginjak jenazah abang
dan sahabat mereka Hisham bin Al Asr RA. Semua unta dan kuda para
sahabat RA berjalan terus, melintasi jalan dengan menginjak jasad Hisham
Al Asr RA.
Kita bisa bayangkan bagaimana
kaki-kaki kuda telah menginjak jasad tubuh sahabat RA yang telah syahid
ini, sehingga semua badannya hancur. Namun mereka tetap pergi
menyempurnakan tugas-tugas mereka. Setelah selesai menjalankan tugasnya,
Amr bin al Asr RA pergi kembali ke tempat di mana mayat saudaranya
terbaring tadi. Dia ambil satu karung, lalu dia kumpulkan bekas-bekas
jasad abangnya tadi. Daging dan tulang yang telah hancur dikumpulkan,
dengan berlinangan air mata. sehingga sahabat lain yang menemaninya,
melihat keadaan itu, ikut menangis. Lembah itu telah menjadi saksi
bagaimana sahabat RA menanggung perasaan sebegitu beratnya demi usaha
agama. Asbab pengorbanan mereka, hari ini agama telah tersebar, dan kita
semua mendapatkan iman. Lalu bagaimana dengan tanggung jawab kita atas
mereka. Bagaimana jika di akherat nanti kita bertemu dengan para sahabat
yang telah mengorbankan harta, jiwa, dan perasaan mereka demi kita
mendapatkan iman. Apa yang akan kita katakan kepada para Sahabat RA jika
kita hanya duduk-duduk saja, bermain-main dengan dunia kita, tanpa
mempedulikan nasib agama hari ini.
Jadi saudara yang dimuliakan dan
dikasihi oleh Allah swt, inilah usaha agama yang benar. Asbab
pengorbanan para sahabat RA, asbab pengorbanan isteri-istri mereka,
pengorbanan anak-anak mereka hari ini agama telah sampai kepada kita.
Inilah sejarah yang menceritakan bahwa agama ini berkembang melalui
pengorbanan.
Peranan Wanita dalam Perjuangan Agama
Pada masa Umar RA, perempuan
menyumbang peranan besar dalam segala aspek, baik politik, ekonomi dan
sebagainya. Saat itu kekayaan Islam sedang melimpah ruah, sehingga
menyebabkan terjadinya inflasi atau kenaikan harga. Maka Umar RA
memutuskan untuk menentukan batas mahar agar bisa menahan laju,
permintaan mahar yang tinggi-tinggi asbab mulai datangnya harta. Dalam
musyawarah syuro (perwakilan rakyat) yang terdiri dari wakil-wakil
rakyat, baik lelaki maupun perempuan, Umar RA menyampaikan kebijakannya.
Maka bangkitlah seorang perempuan dan berkata,”Siapakah dia, Umar, yang
mau merubah apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya?”. Wakil dari
kaum wanita ini paham bahwa mahar ini adalah hak yang telah diberikan
Allah dan RasulNya kepada kaum wanita. Sehingga wanita terebut berani
mengutarakan bahwa kebijakan itu bertentangan dengan perintah Allah dan
Sunnah Nabi Saw. Itulah peranan wanita dalam Islam pada masa Umar RA.
Wanita diikutsertakan dalam
perwakilan rakyat, tapi menurut cara Islam. Bukan seperti yang terjadi
sekarang, di mana bercampur baur antara lelaki dan perempuan, tapi
dengan cara Islam. Bagaimana caranya ? yaitu wanita terpisah tempatnya
dari lelaki di sebelah belakang. Jadi kita melihat dalam segala bidang
wanita memegang peranan yang penting. Mereka langsung mengetahui apa
yang mesti dimainkan saat menerima Islam. Mereka segera tahu apa
kewajibannya dalam Islam. Dari segala aspek kehidupan wanita memainkan
peranan penting di rumah tangganya, dalam mendidik anak sebagai penerus
generasi, dalam menentukan kebijakan negara, dalam negosiasi, dan
lain-lain. Bahkan dalam peperanganpun mereka ikut mengambil bagian.
Mereka menolong para sahabat RA membawa senjata, dan mengobati para
prajurit yang luka. Sejarahlah yang menceritakan tentang peranan aktif
kaum wanita dalam usaha menyebarkan dan mempertahankan agama Islam.
Kisah Ummu Salamah R.ha : Peran Wanita Perundingan
Ummu Salamah R.ha dibawa Nabi Saw
saat perjanjian Hudaibiyah dibuat. Banyak sahabat yang tidak merasa
puas, kecewa, dengan perjanjian yang mereka rasa berat sebelah dan
merugikan umat Islam. Namun Rasulullah SAW tetap melaksanakan perjanjian
itu walaupun terkesan berat sebelah. Maka melihat keadaan para sahabat
RA, Rasulullah SAW merasa bersusah hati. Beliau pergi menemui Ummu
Salamah RA di kemahnya, dan memberitahu tentang sikap para sahabat RA,
yang tidak mau mencukur rambut dan kembali ke Medinah. Maka jawab Ummu
Salamah R.ha:
”Mudah saja ya Rasulullah. Engkau cukur saja rambutmu sekarang, Insya Allah mereka akan mengikuti.”
Ummu Salamah R.ha memahami kondisi
para Sahabat RA dan kekuatan iman mereka. Maka melihat keadaan
tersebut, ummu salamah R.ha menenangkan hati nabi Saw dengan memberikan
usulan yang jitu. Sehingga para sahabat RA ketika melihat Rasulullah SAW
telah mencukur rambutnya, mereka pun merasa terpukul karena mereka
merasa tidak mengikuti perintah Rasulullah SAW. Saat itu juga semua
sahabat mengikuti apa yang diperbuat Rasulullah SAW yaitu mencukur
rambut mereka. Di sinilah Allah Swt telah menganugerahi kelebihan
terhadap kaum wanita, yaitu ketajaman firasatnya. Dan inilah bukti
sumbangan kaum wanita dalam dakwah. Kita lihat dalam sejarah bahwa bukan
hanya isteri-isteri Nabi SAW saja yang berkorban dan berperan, tetapi
banyak juga sahabiyah R.ha lainnya yang memainkan peranan penting dalam
perjuangan Islam. Ketika mereka masuk Islam, mereka langsung faham bahwa
saat mereka menerima Islam itu artinya mereka harus buat kerja dakwah.
Tidak hanya pasif di rumah, tetapi juga aktif membuat dakwah kepada
ummat.
Kisah Ummu Amarah R.ha : Peran Wanita dalam pertempuran
Di dalam peperangan Uhud, ketika
para sahabat RA agak renggang dalam mengawal Rasulullah SAW, beliau
diserang hingga jatuh. Beliau SAW patah giginya dan di bagian pipi dekat
telinga berdarah. Ketika itu Nabi SAW melihat ke kanan, ke kiri, lalu
nampak satu sahabiyah bernama Ummu Amarah. Dia, Ummu Amarah, tengah
berperang, memegang pedang, memotong dengan pedang, melawan bersama-sama
kaum lelaki.
Nabi Saw bersabda mahfum :
“Tidaklah aku tampak di kiri dan
kananku, kecuali aku terlihat Ummu Amarah RA dengan pedangnya
menghalangi musuh-musuh dari mendekatiku.”
Inilah semangat yang dimiliki para
wanita dalam mempertahankan agama Allah SWT. Satu kenyataan yang tidak
bisa diingkari bahwa wanita memainkan peranan aktif, dalam menyebarkan
agama, dan dalam berdakwah bersama kaum laki-laki.
Suksesnya Ummu Amarah R.ha dalam mendidik anaknya
Seorang anak Ummu Amarah, bernama
Habib RA, telah ditahan oleh Musailamah yang menyatakan dirinya sebagai
seorang nabi. Ketika itu Habib RA ditanya oleh Musailamah, “Apakah kamu
bersaksi bahwa aku ini Rasulullah?” Lalu Habib RA menjawab, “Aku tidak
mendengar.” Lalu ditanya lagi oleh Musailamah, “Apakah kamu bersaksi
bahwa Muhammad itu pesuruh Allah?” Jawab Habib RA, “Ya, Saya bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu
utusan Allah.” Kemudian Musailamah menyuruh pengawal-pengawalnya
memotong sedikit tangan Habib RA, sehingga darah mengalir dari lukanya.
Musailamah bertanya lagi, “Apakah kamu bersaksi bahwa aku ini
Rasulullah?” Jawab Habib RA,” Aku tidak mendengar.” Lalu Musailamah
bertanya lagi, “Apakah kamu bersaksi bahwa Muhammad itu pesuruh Allah?”
Jawab Habib RA,” Ya, Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan
aku bersaksi bahwa Muhammad itu pesuruh Allah.” Mendengar hal ini,
Musailamah menyuruh algojonya memotong sedikit lagi daging dari Habib
RA. Musailamah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama,
berulang-ulang di dapatinya jawaban yang sama dari Habib RA. Begitu
seterusnya, daging Habib RA dipotong sedikit demi sedikit, sehingga
akhirnya dia mati karena kehabisan darah. Kabar tersebut disampaikan
kepada Ummu Amarah R.ha, dan dia telah begitu gembira sekali mendengar
berita tersebut, bukannya sedih. Katanya, “Untuk hari inilah, aku telah
menyusui dia. Untuk hari inilah, aku telah menyusui dia, yaitu untuk
syahid di Jalan Allah SWT, dan aku hanya mengharapkan ganjaran dari
Allah SWT.”
Agama ini bukan tanggung jawab
kaum lelaki saja. Dan pahala-pahalanya bukan saja diberikan kepada kaum
lelaki. Tetapi kaum wanita juga mempunyai tanggung jawab, merujuk kepada
ayat Al-Qur’an. Dan juga sahabiyah-sahabiyah, isteri para sahabat juga
berperan dalam agama. Kita bisa melihatnya dari kisah-kisah mereka.
Banyak orang jahil mempunyai konsep atau pengertian yang salah mengenai
Islam. Mereka tidak mengerti Islam. Dan mereka berpikir bahwa Islam
sangat mendiskreditkan, merendahkan perempuan, tidak memberikan
kesempatan kepada perempuan, mengekang wanita dengan tidak membolehkan
bercampur, perempuan menjadi tidak bebas, dianggap rendah, dan
sebagainya. Padahal agama adalah tanggung jawab wanita dan lelaki, kita
semua bersama-sama. Kita dapat melihat ini melalui sejarah Islam, saat
tersebarnya Islam.
Firman Allah Swt :
“Katakanlah wahai Muhammad, jika
bapak-bapak kamu, anak-anak kamu, isteri-isterikamu (suami-suami kamu),
keluarga kamu, harta kamu, perniagaan kamu, rumah yangkamu sayang,
menyekat kamu, lebih kamu cinta daripada mengorbankan daripadakeluar ke
jalan Allah SWT dan berjihad di jalan Allah, kamu tunggu, bahwa
akandatang sesuatu dari Allah SWT, datang azab dari Allah SWT.
Sesungguhnya Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik.”
Di sini ulama-ulama katakan, bahwa
ini merupakan 8 utas tali yang mengikat, menahan manusia dari berjuang
di jalan Allah SWT. Siapa saja yang terikat oleh ke-8 tali tadi atau
salah satu dari tali-tali tadi, maka mereka tidak akan mampu membuat
pengorbanan di jalan Allah SWT. Mereka tergolong di kalangan orang-orang
yang fasik. Mereka tidak mendapat petunjuk daripada Allah SWT.
Allah SWT telah menyeru Baginda SAW :
” Berjihadlah kamu dengan Al-Qur’an dengan jihad yang besar.”
Ayat ini di dalam surah Al-Furqan,
dan Al-Furqan diturunkan di Mekah. Sedangkan di Mekah tidak ada
peperangan apapun tatkala itu. Jadi maksudnya membaca Al-Qur’an itu
termasuk salah satu dari jihad. Maka di dalam jihad, ada beberapa
perkara yang berbeda di antara lelaki dan wanita. Ada yang sama di
antara lelaki dan wanita. Yang sama seperti lelaki perlu belajar iman
dan agama, wanita juga perlu belajar iman dan agama. Jihad utama wanita
ini adalah bermujahadah dengan diri dia. Apa saja itu mujahadah wanita?
mempelajari agama mengamalkan agama, mendidik anak-anak mereka,
berkhidmat, dan menyabarkan diri mereka di rumah. Lalu takaza dakwah
wanita ini adalah apabila datang kawan-kawannya sesama wanita, maka
mereka sebaiknya membicarakan mengenai agama, mengenai kebesaran agama,
dan kepentingan-kepentingan agama dalam kehidupan. Maka dengan ini Allah
SWT akan menjadikan setiap dari kita dai-da’i yang menyeru kepada agama
Allah SWT. Pelajaran-pelajaran iman dapat kita pelajari dalam majelis
taklim, halaqah taklim yang kita buat di rumah kita, taklim mingguan
kita, atau pun bayan di balik tabir seperti ini.
Jadilah kita seperti Maryam AS ( Ahli Ibadah ):
Allah Swt pelihara Maryam dan
dibesarkan melalui didikan seorang Nabi yaitu Zakaria AS, yang tidak
lain adalah paman beliau sendiri. Betapa mulianya Maryam ini disisi
Allah, asbab doa dari seorang ibu semenjak masih dalam kandungan. Di
dalam Al Quran diceritakan, setiap kali Zakaria AS masuk kedalam mihrab
ini di situ sudah ada rizki yang Allah siapkan untuk Maryam, padahal
tidak ada satu orang pun yang mengantarkan. Siapa yang memberi rizki ?
Allah Swt. Ulama katakan jika seseorang ini mau masuk ke dalam biliknya
Maryam AS ini harus melewati Tujuh Lapis pintu yang setiap pintu
kuncinya ini dipegang oleh Zakaria AS. Tapi itulah keanehannya, setiap
kali dibukakan pintunya, di situ ada rizki yang sudah disiapkan untuk
Maryam Rah.A.
Ini juga suatu pelajaran bagi
kita, bahwa kehebatan seorang wanita ini adalah tatkala dirinya ini
tertutup. Satu lapis pintu aja sudah tidak kelihatan sebenarnya, ini
tujuh lapis pintu, bagaiamana rapat dan tertutupnya seorang Maryam AS.
Maka wanita ini semakin tertutup semakin dekat dengan Allah Swt. Semakin
mau dia diam di rumah semakin dekat dengan Allah Swt :
Artinya :
“Dan diamlah kalian wahai wanita di rumah-rumah kalian.”
Maka akan mudah seorang wanita ini
untuk dekat dengan Allah Swt, tatkala dia mau diam di rumahnya.
Sehingga ketika kita baca riwayat-riwayat wanita yang sholihah, mereka
ini menjadi wali-wali Allah, tatkala dia mau diam di rumah. Keluar hanya
betul-betul untuk keperluan agama saja. Seperti itu pula kehidupan yang
dicontohkan oleh Maryam AS. Tatkala dia, Maryam AS, berdiam di rumah,
maka Allah kirimkan rizki kepadanya.
tanya Zakaria, “Dari Mana ini Rizki / Makanan ?”
Maryam AS menjawab:
“Ini semua dari sisi Allah”
Setiap Zakaria AS masuk ke mihrab
Maryam di musim panas, selalu terdapat makanan untuk musim dingin. Jika
Beliau AS masuk di musim dingin, maka didapatinya di mihrab Maryam AS
makanan untuk musim panas. Maka Zakaria AS keheranan, dan bertanya,”Dari
mana kamu dapat buah-buahan ini?” Kata Maryam AS,”Ini datang dari Allah
SWT yang diberikan tanpa hisab ( tidak terbatas ).”
Jadilah kita seperti Hajar R.ha ( Ahli Korban )
Allah SWT telah memerintahkan
Ibrahim AS untuk mengirim isterinya, Hajar R.ha, ke Mekah yang ketika
itu hanya merupakan tanah yang tandus. Allah SWT gambarkan dalam
Al-Qur’an tempat itu sebagai lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan,
tidak ada air. Namun asbab Hajar R.ha adalah seorang isteri yang taat
dan patuh kepada suami, maka Allah swt menjaga dan pelihara Hajar RA di
tempat yang tandus itu. Ketika dibawa ketempat itu Hajar R.ha, tidak
banyak bertanya kepada suaminya, hanya ikut dan nurut saja dengan
suaminya. Nabi Ibrahim AS meninggalkan mereka dengan sedikit perbekalan
dan sedikit air. Di sana orang pun tidak ada, tumbuhan tidak ada,
kehidupan pun tidak ada. Cuma ada asbab-asbab kematian di sekeliling
mereka. Hajar R.ha bertanya,’Wahai Ibrahim, kita hendak kemana?” Nabi
Ibrahim AS diam tidak menjawab. Lalu Hajar R.ha bertanya lagi,”apakah
engkau akan tinggalkan kami di sini ?” Itupun Nabi Ibrahim AS diam.
Sehingga dipertanyaan yang ketiga, Hajar R.ha bertanya, “Apakah Allah
SWT yang memerintahkan kamu untuk berbuat seperti ini?”. Ibrahim AS
hanya menganggukkan kepala.
Langsung Hajar R.ha berkata dengan penuh keyakinan :
“Kalau begitu sekali-kali Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan kami.”
Maka dari mereka Allah Swt
abadikan kisah pengorbanan keluarga. Itulah contoh suami yang berkorban,
isteri yang berkorban, anak bayi yang berkorban untuk agama Allah SWT.
Asbab ini Allah SWT telah melahirkan dari mereka keturunan yang terbaik.
Ibrahim AS adalah bapak dari semua nabi-nabi. Dari anaknya Ishak telah
melahirkan nabi-nabi bani Israel. Dari Ismail AS adalah nabi kita
Muhammad SAW. Seorang nabi yang Allah SWT utus sebagai kebaikan untuk
dunia, keamanan untuk dunia, keberkahan bagi dunia.
Firman Allah SWT :
“Kamu ikutilah millah bapak kamu, Ibrahim AS.”
Kita berada di atas millah, atau
cara beragama, Nabi Ibrahim AS. Keyakinan tetap sama, yang berubah hanya
syariat saja. Amalan yang dibawa untuk disempurnakan oleh Allah SWT
kepada Baginda SAW. Untuk datangnya agama perlu pengorbanan suami,
pengorbanan isteri, pengorbanan anak-anak, baru agama akan datang. Asbab
pengorbanan anak, istri, dan suami, maka dari keturunan kita akan lahir
keturunan yang terbaik.
Allah SWT telah memerintahkan
Ibrahim As untuk membangun ka’bah. Selesai membangun Ka’bah dia mulai
naik ke atas bukit-bukit di sekeliling Bakkah. Allah SWT telah
memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyeru. Maka iapun menyeru :
“Wahai manusia, Allah SWT telah menyuruh kamu semua untuk melakukan haji.”
Allah SWT telah menyampaikan suara
Ibrahim AS kepada semua manusia yang ada pada masa itu, sehingga
janin-janin yang ada dalam rahim ibu-ibu mereka, dan arwah-arwah yang
berada dalam arwah, semuanya Allah sampaikan suara Ibrahim AS. Haji yang
kita lakukan hari ini adalah untuk mengingat pengorbanan Ibrahim AS
sebagai Ayah, Hajar R.ha sebagai ibu, dan Ismail AS sebagai anak, mereka
berkorban demi menjaga perintah Allah Swt.
Jadilah kita seperti Khadijah R.ha ( Ahli Khidmat dan Ahli Dakwah )
Khadijah R.ha, adalah contoh
teladan yang patut untuk kita ikuti. Seorang sosok yang mengerti
bagaimana peranan wanita. Saat Rasulullah SAW menerima wahyu pertama
dari Allah SWT, maka orang yang ditemuinya pertama kali bukanlah Abu
Bakar RA, atau pamannya Abu Thalib, tetapi yang dijumapai oleh
Rasulullah Saw adalah istrinya, Khadijah R.ha. Saat itu Rasulullah SAW
dalam keadaan ketakutan, ketidak nyamanan, karena ini adalah saat
pertama beliau berjumpa dengan Jibrail AS. Ini pertama kali beliau
melihat Jibrail dalam bentuk sebenarnya. Pertemuan dengan Jibril AS
telah membuat beliau sangat takut. Ketika Beliau menggigil, ketakutan,
Khadijahlah orang pertama yang menenangkan Beliau. Khadijahlah orang
yang pertama kali meneduhkan hati dan menghilangkan ketakutan nabi SAW.
Khadijah tahu betul bagaimana akhlaq mulia suaminya yang tak pernah
melakukan sesuatu yang buruk, sehingga tidak mungkin Allah Swt akan
menyusahkan beliau. Khadijahlah orang pertama yang masuk Islam.
Khadijahlah orang pertama di dunia yang membenarkan Nabi SAW.
Khadijahlah orang yang pertama yang menerima pesan Islam.
Begitulah kita seharusnya menjadi
seorang istri, selalu dalam keadaan apa pun siap membantu suami seperti
Khadijah R.ha. Khadijah saat itu ikut memikirkan bagaimana suaminya
dapat menemukan jawaban dari masalahnya. Beliau kemudian menjumpai anak
pamannya Waraqah bin Naufal. Lalu menceritakan semuanya seperti yang
diceritakan nabi SAW padanya. Waraqah bin Naufal berkata, “Itulah
Malaikat seperti yang dilihat oleh Musa AS. Suamimu benar, jangan
khawatir, Suamimu adalah seorang nabi.” Begitu Khadijah mendengar cerita
Rasulullah SAW, saat itu juga ia terus menolong Rasulullah SAW,
langsung mengadakan dakwah. Dia bukan perempuan yang hanya tinggal di
rumah, tidur, rehat. Tapi dia langsung berfikir bagaimana menolong
suaminya. Khadijah RA telah mengorbankan hartanya dan dirinya sepenuhnya
kepada Allah SWT. Ketika Khadijah R.ha masih hidup berjalan, Allah SWT
telah mewahyukan kepada Nabi SAW mengenai surga yang Allah SWT sediakan
untuk Khadijah R.ha.
Khadijah R.ha seorang wanita yang
kaya raya ketika dinikahi oleh Nabi SAW. Namun Khadijah R.ha
menghabiskan seluruh harta kekayaannya untuk mendukung dakwah Nabi SAW.
Asalnya adalah salah satu wanita terkaya di Makkah, Khadijah R.ha
meninggal dalam keadaan sangat miskin
Inilah semangat pengorbanan
Khadijah R.ha, yang membuat Nabi SAW sangat sedih kehilangan istri yang
begitu mendukungnya dalam perjuangan hingga harus menanggung kesusahan.
Inilah seorang sosok istri yang asbab pengorbanannya Allah Sampaikan
salam kepadanya ketika masih hidup melalui Nabi Saw. Apakah kita tidak
menginginkan hal serupa yaitu mendapatkan salam dari Allah Swt ?
Jadilah kita seperti Aisyah R.ha ( Ahli Hadits / Pengajar )
Guru hadits pertama dan yang
terbanyak mengumpulkan hadits ini adalah isteri Rasulullah SAW, yaitu
Aisyah R.ha. Beliau yang mengajar para sahabat tentang hadits-hadits
Nabi Saw yang dia dengarkan dirumah. Dikabarkan ada 2220 hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Aishah R.ha. Begitu banyak hadits yang kita baca
adalah dari ‘Aishah R.ha. Dan Rasulullah SAW ketika hampir wafat
mengatakan, aku meninggalkan dua hal untukmu yang jika engkau
benar-benar berpegang teguh padanya, dengan kedua tanganmu erat-erat
maka engkau akan selamat. Itulah Kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.
Jadi kita bisa melihat ‘Aishah
R.ha. menyumbangkan peranan penting dalam meriwayatkan hadits. Kita
begitu pula isteri-isteri Rasullullah SAW yang lain dan para sahabiyah
R.ha. Mereka mengajar masyarakat, mengajar anak-anaknya, mengajar
tetangganya. Mereka mengajarkan tentang Islam kepada orang-orang. Mereka
bukan hanya masak, membasuh pakaian, tetapi mereka juga mendidik
generasi berikutnya, mengajarkan agama. Dulu tidak ada sekolah Islam,
merekalah sekolah Islam. Rasulullah SAW pernah membawa ‘Aisyah R.ha
untuk berjihad. Mereka pergi bukan untuk urusan bisnis, mereka bukan
pergi untuk bersenang-senang, shopping, jalan-jalan, mengunjungi
orang-orang, tetapi mereka pergi untuk berjihad, mereka pergi untuk
menyebarkan Islam.
Kita harus mencontoh cara hidup
istri-istri Nabi Saw agar kita bisa bertemu dengan Allah dalam keadaan
Allah Swt ridho pada kita. Lihatlah bagaimana Aisyah R.ha menjalani
kehidupannya, walaupun sepeninggal Nabi Saw. Suatu ketika Aisyah R.ha
mendapatkan 100.000 dirham ( hari ini 1 dirham =nkira-kira Rp. 30.000.
jadi 100.000 x 30.000 = Rp. 3.000.000.000 = Rp. 3 Milliar ). Hari ini
siapa yang bisa bersedekah seperti itu. Kemudian Aisyah R.ha
membagi-bagikan uang itu kepada fakir miskin dari pagi hingga sore
sampai uang itu habis tidak tersisa. Ketika itu aisyah R.ha
membagi-bagikan sedekahnya dengan keadaan baju yang sangat miskin, namun
tetap saja dia berikan semua yang dia dapat kepada orang lain bukan
untuk memperkaya dirinya. Aisyah R.ha sering mendapatkan hadiah rampasan
perang yang diberikan oleh pemimpin orang Islam pada waktu itu dan para
sahabat RA lainnya. Pernah Aisyah R.ha dalam keadaan shaum, dan ketika
berbuka hanya ada sepotong roti. Lalu tiba-tiba datang seorang fakir
miskin meminta sedikit makanan darinya. Maka Aisyah R.ha langsung
memerintahkan untuk memberikan roti satu-satunya untuk berbuka puasa
kepada fakir miskin tersebut
Jadilah kita seperti Fathimah R.ha ( Ahli Rumah Tangga )
Fathimah R.ha adalah anak Nabi Saw
yang senantiasa menemani Nabi Saw dalam berdakwah ketika kecilnya.
Setiap Nabi Saw disiksa, dilemparkan kotoran onta, maka Fathimahlah yang
membersih kotoran itu dari baju ayahnya sambil menangis. Di hari kiamat
nanti, saat orang akan melewati shirat, akan diumumkan:
“Tundukkan pandangan, Fathimah akan lewat.”
Inilah kemulian seorang wanita
yang dimuliakan di akherat nanti. Namun kita lihat bagaimana dia
menjalankan kehidupan. Ketika menikah, pernikahanya dilaksanakan dengan
sangat super sederhana, tidak seperti kita hari ini yang
berlebih-lebihan, jauh dari kesan sunnah. Saat orang berbondong-bondong
menuju kecara hidup dunia barat. Bagaimana proses pernikahan wanita yang
dimuliakan oleh penduduk akherat nanti? Fathimah R.ha dinikahkan di
masjid. Maharnya pun sangat sederhana berupa barang-barang yang tidak
mahal, tidak seperti kita hari ini yang membuat mahar tinggi-tinggi
sehingga susah untuk menikah. Selesai akad, Sahabat Ali RA. berkata, “Ya
Rasulullah, Fathimah diberangkatkan ke rumah?” Rasulullah tidak
berkata, “Bawakan alat musik, undang group band, buat pawai.” Kata
beliau, “Ya, akadnya sudah selesai.” Setelah shalat Maghrib, beliau
pulang ke rumah. Fathimah RA. bercerita, “Waktu itu aku sedang melakukan
kegiatan seorang putri yang membantu di keluarga. Aku dengar Rasulullah
SAW. bersabda, ‘Panggil Ummu Aiman.’” Ummu Aiman adalah budak ibunda
Rasulullah SAW. Beliau pernah bersabda, “Siapa yang ingin menikah dengan
wanita ahli surga menikahlah dengan Ummu Aiman.” Beliau berkata, “Ummu
Aiman, antarkan Fathimah ke rumah Ali.” Inilah pelepasan mempelai
wanita. Tanpa disertai ayah, tanpa disertai ibu-ibu yang ada, Ummahatul
Mukminin yang begitu suci. Padahal saat itu ada ibunda Aisyah,
Juwairiyah, Ummu Salamah Rha. Wanita-wanita yang tiada tandingnya di
muka bumi. Fathimah R.ha berjalan kaki diantarkan ke rumah Ali RA.
Bahkan pakaian pun tidak diganti. Itulah pemberangkatan pengantin
wanita, seorang wanita yang paling mulia di akherat nanti. Tanpa iringan
apa-apa, musik atau pun barisan manusia.
Nabi Saw memberikan bayan hidayah
kepada Fathimah R.ha tentang peran seorang istri di rumahnya. Nasehat
seorang Nabi yang paling mulia kepada anaknya. Inilah kehidupan para
wanita yang paling mulia di muka bumi. Ke arah yang mereka tempuhlah
para wanita hari seharusnya berjalan. Jika kita tidak mau mengikuti
mereka, ke mana kira-kira kita akan berakhir di akherat nanti, ke
surgakah atau ke neraka? Mari kita lihat kehidupan kita saat ini, kita
introspeksi, sejauh mana kita sudah mempersiapkan diri untuk akherat
nanti.
Usaha Masturah
Usaha masturah merupakan usaha
untuk memberikan kepahaman kepada kaum ibu atau perempuan bahwa mereka
pun mempunyai tugas untuk saling membantu dalam usaha dakwah. Mereka
juga harus membangun keluarganya di masa depan. Tidak ada amalan khusus
dalam usaha masturah sebenarnya, karena pada prinsipnya adalah
amalan-amalan Islam yang perlu dihidupkan dengan baik dalam lingkungan
kaum Ibu dan juga keluarga.
Ta’lim harian di rumah merupakan
program yang sangat penting bagi keluarga muslim. Saat ini program ini
sangat berkurangan, dan sangat sedikit rumah kaum muslimin mengadakan
ta’lim harian. Ta’lim harian yang perlu sering dilakukan adalah ta’lim
fadhilah amal. Ta’lim ini akan memberikan dorongan kepada anggota
keluarga untuk selalu menjaga amal-amal sholeh, seperti shalat, dzikir,
puasa, dakwah, silaturahmi, akhlaq, menuntut ilmu, mengikuti para
shahabat, ikram kepada kaum muslimin dll. Sedangkan untuk ta’lim masail
(tentang cara beramal) dapat mengikutinya dari pelajaran para ustadz
atau ustadzah yang kita percaya.
Baca Quran harian merupakan
sesuatu yang sangat baik, dan ini perlu dilakukan bersama keluarga.
Bahkan beberapa daerah yang sudah sangat berkembang dengan usaha dakwah,
sudah banyak anggota keluarga yang mulai menekankan untuk banyak hafizh
Quran di rumahnya. Sehingga biasanya orang tua yang sudah memahami
usaha dakwah ini mendorong keluarganya sendiri untuk banyak hafalan
quran dan juga hafalan hadits. Saya pernah bertemu dengan seorang ahli
dakwah dari Srilangka, beliau menjelaskan bahwa anaknya hafizh quran dan
juga pelaku bisnis, dan juga anak perempuannya juga hafizhah.
Biasanya diadakan bayan masturah,
agar kaum ibu banyak yang memahami usaha dakwah ini dan mendorong
suaminya dan juga anggota keluarga lainnya untuk dapat terlibat dalam
usaha dakwah ini. Di beberapa daerah yang sudah sangat berkembang dalam
usaha dakwah ini, bayan masturah ini diadakan secara teratur dan rapi.
Dalam taklim masturah diadakan
juga halaqah tajwid untuk mendorong kaum ibu agar lebih bersemangat
dalam mempelajari Al Quran. Pada program bayan masturah ini, tidak hanya
diikuti oleh keluarga ahli dakwah, tetapi juga dapat diikuti kaum Ibu
tetangga rumah di mana ada bayan masturah, atau kaum muslimah lainnya.
Dan yang terpenting dapat diperhatikan adab-adabnya dengan baik.
Di samping hal tersebut,
kadangkala dikeluarkan rombongan khusus masturah, artinya dikirimkan
rombongan dakwah bersama istri-istri ahli dakwah. Aktifitas rombongan
ini sama dengan rombongan yang tanpa istri, hanya saja ada
program-program khusus masturah ketika di tempat yang dituju, seperti
bayan masturah, program ta’lim wa ta’allum khusus muslimah di daerah
itu, program halaqah quran, dll. Dan Alhamdulillah, dengan ijin Allah
swt, rombongan ini terus meningkat kualitasnya dan juga jumlahnya.
Insya Allah kita siapkan diri kita berjuang di jalan Allah !!!
siapa nama penulis bayan masturot ini
ReplyDeletePenulisnya Hamba Allah
DeleteIstilah masturot ini dari mana ya? Adakah di zaman nabi?
ReplyDeleteMasturot artinya wanita yang tertutup , pake pakean syar'i itu aja dipermasalahkan tidak ada kerjaan kali , klw kurang jelas wa saya aja saya ajarin kalimat ini dari mana sumbernya 0818833183
Delete